A.
Puasa Wajib (Puasa Bulan Ramadhan)
Surat Al Baqarah Ayat 183-184, yang membahas tentang ibadah Puasa
Ramadhan. Alloh SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُون
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar
kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan adalah bulan bulan
diturunkannya Al Qur’an. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)” (QS. Al Baqarah: 185)
B.
Puasa Sunnat
1.
Puasa Hari Senin
dan Kamis (Yaumul Isnain & Yaumul Khomis)
Dari
Aisyah Radhiyallahu 'Anh,
mengatakan : “Bahwasannya Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada hari Senin dan Kamis.”
(H.R. Al-Tirmidzi, Al-Nasai dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan Al-Albani).
Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin,
beliau menjawab :
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ
وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
“Itu adalah hari aku
dilahirkan dan hari aku diutus atau (awal) diturunkan Al-Qur'an kepadaku.”
(HR. Muslim)
Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin dan
Kamis, beliau menjawab:
ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا
الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا
صَائِمٌ
“Keduanya adalah hari dihadapkannya amal-amal kepada Rabbul ‘Alamin
(Allah). Karenanya aku suka saat amalku dibawa kepada-Nya aku dalam keadaan
berpuasa.”
(H.R. Al-Tirmidzi, Al-Nasai dan dishahihkan Syaikh Al-Albani).
2.
Puasa Bulan Syawal
“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa
Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada
bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama
satu tahun.” (H.R. Ahmad,
Abu Dawud, dan Muslim).
3.
Puasa Bulan
Muharram (Assyura)
Dari Abu Hurairah ra., dia berkata :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda :
“Seutama-utama puasa
setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat
sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam.” (H.R. Muslim no. 1163)
Dari Abu Qatadah Al Anshari radhiallahu anhu, dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ
يُكَفِّرُالسَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa
pada hari ‘Asyura, beliau menjawab : “Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang
tahun yang telah berlalu."
(H.R. Muslim no.1162)
4. Puasa Nabi Daud. as.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata :
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya,
أَحَبُّ
الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَأَحَبُّ
الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ
وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
“Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis
salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu
tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur
lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa
di hari berikutnya.”
(H.R. Bukhari, Muslim, dan Sahih Muslim).
5. Puasa bulan Sya’ban
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, beliau mengatakan : “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau
tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak
berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain
pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih
banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (H.R. Bukhari no. 1969 dan
Muslim no. 1156)
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata : “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak
pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan
Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bulan
Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab
dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada
Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa
ketika amalanku dinaikkan.” (H.R. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan).
6.
Puasa pada
hari-hari putih/Shaum 3 hari setiap bulan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata : “Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga
aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha,
3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia
berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ
عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul
bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa
ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (H.R. Abu Daud no. 2449 dan An
Nasa’i no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
7. Puasa Bulan Dzulhijjah (Arafah)
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ
أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ
الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arofah (9
Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.
Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
(H.R.
Muslim no. 1162).