Friday, October 10, 2014

BAB IV PUASA

Puasa / Saum (bahasa Arab: صوم) artinya menahan diri dari makan, minum dan segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, dengan syarat tertentu untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Saum secara bahasa artinya menahan atau mencegah.

 Syarat wajib puasa ada empat yaitu :
  1. Beragama Islam
  2. Berakal sehat
  3. Baligh (sudah cukup umur)
  4. Mampu melaksanakannya.
Syarat sah puasa ada empat yaitu :
  1. Islam (tidak murtad)
  2. Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
  3. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita)
  4. Mengetahui waktu diterimanya puasa.
Rukun puasa ada tiga yaitu :
  1. Islam
  2. Niat berpuasa
  3. Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

A.    Puasa Wajib (Puasa Bulan Ramadhan)
Surat Al Baqarah Ayat 183-184, yang membahas tentang ibadah Puasa Ramadhan. Alloh SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan adalah bulan bulan diturunkannya Al Qur’an. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (QS. Al Baqarah: 185)

B.     Puasa Sunnat
1.      Puasa Hari Senin dan Kamis (Yaumul Isnain & Yaumul Khomis) 
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anh, mengatakan : “Bahwasannya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada hari Senin dan Kamis.” (H.R. Al-Tirmidzi, Al-Nasai dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan Al-Albani).
Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab :
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus atau (awal) diturunkan Al-Qur'an kepadaku.” (HR. Muslim)
Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin dan Kamis, beliau menjawab:
ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Keduanya adalah hari dihadapkannya amal-amal kepada Rabbul ‘Alamin (Allah). Karenanya aku suka saat amalku dibawa kepada-Nya aku dalam keadaan berpuasa.” 
(H.R. Al-Tirmidzi, Al-Nasai dan dishahihkan Syaikh Al-Albani).
2.      Puasa Bulan Syawal
Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.”  (H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Muslim).
3.      Puasa Bulan Muharram (Assyura)
Dari Abu Hurairah ra., dia berkata : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
“Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu, ialah shalat malam.” (H.R. Muslim no. 1163)
Dari Abu Qatadah Al Anshari radhiallahu anhu, dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ 
يُكَفِّرُالسَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab : “Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu."
(H.R. Muslim no.1162)
4.      Puasa Nabi Daud. as.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata : bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya,
أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.”
(H.R. Bukhari, Muslim, dan Sahih Muslim).
5.      Puasa bulan Sya’ban
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (H.R. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata : “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (H.R. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
6.      Puasa pada hari-hari putih/Shaum 3 hari setiap bulan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (H.R. Abu Daud no. 2449 dan An Nasa’i no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
7.      Puasa Bulan Dzulhijjah (Arafah)
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.
(H.R. Muslim no. 1162).

 By : Ganjar Kamaludin Kamil

No comments:

Post a Comment